Renungan


Menuju Tempat PerlindunganPancaran Air Hidup 14 April 2021

Bacaan : Yesaya 26 : 1 – 15 Pujian : KJ. 440
Nats: “Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal.” (Ayat 4)

Menonton film-film tentang bencana alam tidak bisa dipungkiri membuat bulu kuduk merinding. Apa yang digambarkan dalam film tersebut benar-benar mengerikan. Dihadapan bencana seperti gempa bumi, badai topan, tsunami, atau gunung meletus, manusia seperti tidak punya daya apa-apa. Namun, ada satu hal yang selalu menarik perhatian dari cerita dalam film-film tersebut, manusia bisa selamat karena mempunyai tempat berlindung yang tidak tergoyahkan dihempas bencana. Wujudnya beragam, bisa sebuah bunker bawah tanah, markas dengan fasilitas berteknologi tinggi, atau kendaraan megastruktur yang bisa mengangkut banyak orang. Selain itu, mereka yang selamat digambarkan sebagai orang yang aktif mencari tahu tempat yang aman dan berupaya menuju ke sana dengan jalur evakuasi beragam rupa. Seandainya kita menjadi tokoh utama dalam film-film bencana alam seperti di atas. Apakah kita sudah punya tempat berlindung yang kokoh dan berupaya untuk menuju ke sana ketika masalah silih berganti datang dalam kehidupan kita?

Nabi Yesaya lewat nyanyiannya di ayat 1-3 mengutarakan bahwa ada keselamatan di dalam Tuhan. Ia menggambarkannya sebagai sebuah kota dengan tembok dan benteng yang kokoh. Siapapun yang diperkenankan Tuhan masuk ke dalamnya akan beroleh damai sejahtera dari-Nya. Yesaya mengandaikan Tuhan sekokoh gunung batu yang kekal. Tuhan mewujudkan keadilan-Nya untuk kita para umat-Nya yang mencari perlindungan kepada-Nya.Saat ini kita diajak untuk memahami maksud Tuhan lewat setiap pergumulan. Bukan sekadar menyaksikan penghakiman Tuhan yang tegas dan keras, tapi juga menyaksikan bahwa Tuhan menjadikan umat-Nya pulih bahkan lebih baik setelah kita teguh menghadapi pergumulan yang terjadi dalam kehidupan kita (ayat 15). Bila kita menyadari kisah-kisah film bencana alam tadi, selalu ada matahari terbit yang cerah di akhir filmnya. Begitu pun kita, selama kita terus berupaya berlindung kepada-Nya, mengikut jalan-Nya dan memahami setiap lakon kehidupan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, sinar Tuhan pun senantiasa menerangi hidup kita. (fani)

 “Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Maz. 27:1)


0 Komentar