Info Seputar Gereja GKJW Sidoarjo

   SEKILAS BERDIRINYA GKJW DI SIDOARJO

Dalam sejarah Pekabaran Injil khususnya di Jawa Timur, tercatat bahwa pada tanggal 12 September 1844, sejumlah orang dan desa Ngoro menerima baptis di Surabaya. Konsekuensinya mereka tidak diperkenankan kembali ke desa Ngoro oleh C.L. Cooleen, Pemimpin Persekutuan Kristen di Ngoro ketika itu. Atas jasa baik Johanes Emde mereka ditolong oleh tuan tanah bernama Gunsch untuk bekerja dan menetap di desa Sidokare, sebelah barat Stasian Kereta Api Sidoarjo. Mereka rnembangun persekutuan baru dikalangan buruh tani dan jumlahnya pernah mencapai 200 orang. Tuan Gunsch berkeinginan mereka menjadi pedagang tetapi keinginan itu tidak disambut baik. Maka mulailah ada ketegangan antara warga Sidokare dengan tuan tanahnya. Selain itu Pejabat Zending di Surabaya. kurang setuju dengan persekutuan Sidokare, karena mereka melaksanakan ibadah minggu tanpa pendeta dan nuansa ‘kejawen” nya masih menonjol. Kurang lebih pada tahun 1845 terdengar berita bahwa Hutan Kracil di Jombang telah di buka menjadi desa Dagangan dan dihuni oleh orang-orang Kristen Jawa yang dipimpin oleh Ditotruno (Bekas prajurit Diponegoro). Maka orang­orang Sidokare berangsur-angsur pindah ke Dagangan. Dikemudian hari nama dagangan berubah menjadi Mojowarno dan Persekutuan Sidokare tenggelam. Kepindahan warga Sidokare ke Dagangan ternyata ada yang berhenti di desa Wonomlathi dan desa Bogem. Dikedua tempat itu kemudian tumbuh GKJW Jemaat Mlathen (sebutan untuk Wonomlathi) dan GKJW Luwung (pusat pemerintahan desa Bogem ketika itu).
Tahun 1950 — 1956 Di Sidoarjo telah tumbuh lagi persekutuan Kristen Jawa yang dirintis oleh para pendatang yang umumya adalah pegawai Instansi Pemenintah. Sidang GKJW Klasis Surabaya juga menetapkan Sidoarjo sebagai Pepanthan dengan induknya GKJW Pasamuwan Mlathen. Selanjutnya Sidang Majelis Agung GKJW menetapkan Pdt. Alex Pranata sebagal tenaga tetap. Sidoarjo ditetapkan pula sebagai Pos Pekabaran Injil GKJW. Entah karena apa usaha yang sudah bersungguh-sungguh itu akhirnya tidak terdengar kabarnya lagi. Maka terjadilah kegagalan yang ke dua bagi tumbuhnya .GKJW di Sidoarjo.
Pertengahan tahun 1960-an Seorang perwira Polisi anggota Majelis Jemaat GKJW Pasamuwan Surabaya benama Soetjipto merintis kembali berdirinya pepanthan Sidoarjo. Usaha ini rupanya juga tidak berbasil, konon saiah satu sebabnya anggota GKJW yang berdomisili di Kota Sidoarjo tidak mau menjadi bagian dari Jemaat desa. (GKJW Pasamuwan Mlathen Walaupun demikian ”benih” GKJW tidak mati sama sekali, terbukti pada tahun 1970-an mereka bersama-sama kelompok Kristen Iainnya berhasil mendirikan GPIB Bethesda dan GKI Sidoarjo. Tahun 1986 dimulai lagi rintisan berdirinya GKJW di Sidoarjo oleh Warga Kelompok 2 GKJW Jemsat Waru, antara lain: Keluarga Moejanto , Keluarga Abya Soeljipto, Keluarga Waris, Keluarga Poedji Oetonio, Keluarga Ibu Warsiati, Keluarga Pramono, Keluarga Hari Prasetyo, keluarga Sri Wimbanoe yang jumlahnya kurang dari 22 keluarga. Mereka didukung sepenuhnya oleh GKJW Jemaat Waru dan mendapat pinjaman rumah milik Keluarga Gunawan (anggota Majelis GKJW Jemaat Waru) di Jl. Elbra (Sekardangan) untuk tempat kebaktian. Tempat Kebaktian kemudian berpindah ke rumah Keluarga Moejanto di Buduran. Karena GKJW Jemäat Waru mendapat ijin dari Kanwil Kehakiman Jawa Timur untuk membina narapidana dan tahanan yang beragama Kristen, maka tempat kebaktian berpindah dari rumah keluarga Moejanto ke Aula Penjara Sidoarjo. Kalau di Aula Penjara mengalami gangguan maka kebaktian dialihkan kembali ke rumah keluarga Moejanto di Buduran. Untak peringatan hari-hari besar gerejawi di selenggarakan di LKK “Ngesti Rahayu” Jalan Kwadengan Utara 144 a - Sidoarjo. Pada tanggaI 10 Juli 1988 PHMD Surabya Timur mengukuhkan kembali keberadaan GKJW Pepanthan Sidoarjo dan dialihkan pembinaannya dari GKJW Jemaat Mlathen ke GKJW Jemaat Waru. Kebaktian di Penjara Sidoarjo berlangsung sampai bulan Oktober 1992. Hari Minggu pertama di bulan Nopember 1992 kebaktian berpindah ke gereja “IMANUEL” Komplek TNI AL - Tebel sampai sekarang. (sumber: warjem 9 Juni 2000)

0 Komentar